amulyadik

merangkum sebelum lupa


DAN SATWA PUN MERANA KARENA CORONA

ragunan

Berita pagi ini cukup mengejutkan tentang bagaimana satwa-satwa dan kondisi kebun binatang di hamper setiap propinsi di Indonesia ikut terdampak meluasnya pandemic covid-19. Semenjak pemberlakuan pembatasan sosial banyak kebun binatang tutup, rata-rata penutupan ini dilakukan pada minggu kedua atau pertengahan bulan Maret lalu. Maka selama hamper sebulan belakangan ini kebun binatang tidak memiliki pemasukan dari tiket pengunjung, yang dimafhumi sebagai salah satu penyokong pendanaan dan operasional baik itu satwa-satwa maupun para pekerja di dalamnya. Kondisi ini membuat pihak pengelola melakukan pengetatan dan pemilahan urusan prioritas, dampaknya tentu akan terasa bagi keberlangsungan satwa-satwa yang berjumlah ratusan hingga ribuan. Jika selama ini pikiran kita tertuju bagaimana meluasnya pandemic ini memengaruhi saudara-saudara kita yang berprofesi sebagai pekerja harian, maka luput dari perhatian ternyata kondisi ini juga memengaruhi keberlangsungan hidup satwa yang berada di kebun binatang.

Ketersediaan pakan atau jumlah pangan yang selama ini terjaga dengan baik perlahan dilakukan penyesuaian baik itu dari sisi jumlah maupun jenisnya disamping juga ketersediaan dari supliernya sendiri yang semakin hari semakin sulit, setidaknya demikian penuturan salah satu pengurus di Kebun Binatang Surabaya Totok Sudarto yang juga diamini oleh pengelola lainnya seperti di Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Menurutnya masalah pendanaan adalah satu hal, masalah lainnya adalah suppliernya itu sendiri yang mengalami guncangan dan ikut terdampak pandemic ini, sehingga kegiatan operasionalnya ikut terganggu dan berimbas pada cara mereka melayani kebutuhan Kebun Binatang sebagai pengguna jasanya.

Dampak wabah ini terbilang luar biasa, memengaruhi pada hamper setiap sector kehidupan. Bukan hanya pada kita – selaku manusia – namun ternyata dirasakan oleh para penghuni Kebun Binatang. Subsidi dan pendanaan dari pemerintah tentu ada, dan pasti dianggarkan setiap tahunnya bagi Kebun Binatang terutama yang pengelolaannya masih di bawah kendali Pemerintah (plat merah). Namun di tengah situasi seperti saat ini dimana terjadi pergeseran dan pengurangan anggaran di hamper setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, maka bukan tidak mungkin sector pendanaan Kebun Binatang ikut tergeser dan dikurangi alokasinya untuk dialihkan ke sector lainnya. Maka dalam bulan-bulan kedepan bukan hanya kita yang merasakan dampak luar biasa dari pandemic ini, tapi juga satwa-satwa itu akan turut merasakan hal yang sama.

Kehilangan pekerjaan sebagai akibat dari PHK atau perumahan karyawan karena perusahaan tidak dapat beroperasi normal, atau penurunan omzet bagi para pelaku UKM dan menghilangnya pendapatan para pekerja lepas, buruh harian, ojol dan seterusnya adalah peristiwa yang dirasakan selama hamper 2 bulan ini. Dan kini hal yang nyaris sama juga dialami satwa-satwa itu; pengurangan jatah makanan atau bahkan penurunan kualitas  dan kuantitas pakan selama beberapa minggu kedepan, pemangkasan biaya perawatan, pengobatan dan lain sebagainya menjadi keniscayaan.

Kita harus sigap bersiap menghadapi kemungkinan yang paling buruk. Solidaritas sosial sebagai sesame patut dikedepankan – yang berpunya merasai mereka yang kekurangan – Disiplin menjaga diri juga menjadi kunci memutus mata rantai sekaligus mengurangi penyebaran baik itu dengan berdiam di rumah bagi yang mungkin melakukannya, menghindari kerumunan dan jika pun harus melakukan aktivitas sosial dengan jumlah massa wajib menerapkan standar protocol Kesehatan seperti memakai masker dan physical distancing. Jika Wuhan saja memerlukan waktu paling sedikitnya 3 bulan untuk keluar dari puncak pandemic ini, apakah lantas kita memerlukan waktu yang lebih lama dari itu? Harapannya tentu tidak! Semoga saja akhir Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri tahun ini menjadi titik akhir pandemic, sehingga bulan Juni kita sudah dapat kembali normal. Walau pengertian normal ini juga kembali menimbulkan pertanyaan, sebab usaha pemulihan pandemic dan mengembalikan ekonomi ketingkat yang sama seperti ketika pandemic ini belum terjadi, menjadi tantangan tersendiri[].



Leave a comment

About Me

Seorang pembelajar yang senantiasa ingin terus bertumbuh. Kini berputra dan putri 3, ingin menjadi yang terbaik setidaknya dalam kapasitas nya itu. Semoga alam meluluskan dan memantaskan sesuai dengan yang dikehendaki

Newsletter